Blogger Widgets

Pages

Subscribe:
Rony Syahputra Psikologi Pendidikan

Ads 468x60px

.

Labels

Rabu, 25 September 2013

Akibat Tidak Membawa Buku T.T

Assalamu'alaikum..
Hai bloggers hari ini saya mendapat tugas tambahan di Mata Kuliah Psikologi Belajar. Ini karena saya lupa membawa buku saat mata kuliah tersebut berlangsung. Akibatnya banyak kerugian yang saya dapat hari ini. selain saya yang panik saat mata kuliah tersebut berlangsung, tidak bisa mengikuti kuliah dengan baik, dan yang terakhir adalah POSTINGAN INI T.T ngga sulit sih tugas tambahannya, tapi untuk saat ini, saat seluruh mata kuliah memberikan tugas nya juga ini terasa sangat berat T.T
Semua berawal dari saya yang  bangun kesiangan pagi tadi. Saya bangun sudah jam 7 pagi. Hari ini saya harus mengahadapi 3 mata kuliah, karena hari ini sudah dimulai dengan hal yang tidak baik, maka hasilnya pun berantakan. Kuliah pertama yaitu Perilaku Sosial Menyimpang yang akan dimulai pada pukul 08.00 WIB, Mata kuliah kedua adalah Psikologi Belajar yang dimulai pukul 11,00 WIB dan terakhir mata kuliah PPSDM. Karena sudah jam 7 maka saya buru-buru mengerjakan rutinitas pagi tadi. Mana mau mandi, setrika baju, sarapan pagi, beres-beres barang bawaan dan sebagainya. Hal-hal tersebut tidak berjalan mulus, ternyata saya meninggalkan salah satu buku yang harus dibawa. Pukul 08.00 tepat saya sampai ke kampus. Alhamdulillah tidak terlambat pada mata kuliah pertama, bisa bayangin kan gimana buru-buru nya saya saat itu, yaaa otomatis dikelas saya tidak konsen belajar nya. Kehilangan fokus dikelas dan saat mata kuliah tersebut berlangsung setengah jalan saya teringat kalau saya lupa membawa buku. Makin lah saya tidak tenang. Mata kuliah tersebut berakhir pada pukul 10.00 WIB. Ada selang waktu satu jam untuk masuk mata kuliah berikutnya, namun saat itu saya sedang ada kewajiban untuk mengumpulkan tugas ke Dosen alhasil saya tidak sempat untuk pulang kerumah. Dengan sedikit panik saya mengikuti mata kuliah yang kedua.
Tepat pukul 11.05 WIB saya masuk ke ruangan tempat dilaksanakannya mata kuliah tersebut, dalam hati sudah deg-deg an karena melihat semua mahasiswa membawa buku. Saya coba mengikuti kuliah tersebut dengan was-was. Setelah itu dosen mulai membuka mata kuliah dan memberikan materi. Selang beberapa saat dosen memberikan assignment, di kalimat penutup kira-kira dosen bilang “rasain yang hari ini ngga bawa buku”. Makin lah saya khawatir nasib saya siang tadi. Lagi-lagi saya coba untuk tenang, teman-teman anggota kelompok saya pun berusaha ikut menenangkan. Saat diskusi kelompok dosen menghampiri setiap kelompok dan memberikan feedback, makinlah saya tidak tenang. Ya meskipun akhirnya saya berhasil berpura-pura tenang dan mencoba “biasa saja”.  Pada kunjungan yang kedua akhirnya sang dosen pun mengetahui perihal saya tidak membawa buku, ya bisa ditebak dong ya apa yang terjadi. Nah inilah kisah dibalik mengapa saya memposting tulisan ini. Saya mendapat kan tugas tambahan yaitu menjelaskan apa yang terjadi pada saya hari ini dikaitkan dengan materi yang diberikan tadi ketika waktu kuliah. Materi hari ini adalah tentang Otak. Ok dibawah ini saya akan menjabarkan sedikit tentang apa yang terjadi sesuai dengan teori yang kami bahas tadi :D
````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````



Pada awalnya perasaan panik dan ketidaksiapan saya untuk mengikuti kuliah berkenaan dengan hipothalamus dimana tugasnya untuk memonitor keseluruhan keadaan tubuh. Ketika saya buru-buru, bisa disimpulkan bahwa keadaan hipothalamus saya mengkondisikan tubuh agar bergerak cepat untuk mengatasi waktu yang terbatas, setelah itu cerebellum setelah mendapatkan perintah dari hipothalamus dengan segera mengkoordinasikan pergerakan otot saya dan gerakan motorik untuk merespon cepat atas segala neurotransmitter yang berisi informasi untuk segera berangkat kuliah. Perasaan panik yang saya rasakan berkaitan dengan amygdala dimana amygdala memiliki kontribusi dalam hal emosi sehingga secara gestalt keadaan otak saya yang panik dan dipaksa untuk fokus akhirnya kehilangan intensi pada hal-hal yang kecil. Hal ini disebabkan oleh gagalnya jaringan neural saya untuk mengkoordinasikan memori yang berisikan informasi bahwa saya harus membawa buku untuk matakuliah hari tersebut. Kesimpulannya seluruh neuron dan bagian sub-kortikal pada otak saya lebih “menyuruh” saya untuk lebih fokus pada proses buru-buru daripada untuk fokus pada detail-detail kecil seperti membawa buku.
Nah, kira-kira seperti itulah kondisi otak saya pada hari ini, kurang lebih menjelaskan kenapa saya tidak membawa buku pada saat mata kuliah Psikologi Belajar. Buat teman-teman yang pernah mengalami hal serupa mungkin sekarang sudah terjawab kenapa bara-barang nya suka ketinggalan saat dalam keadaan panik :D



Senin, 23 September 2013

Teori Belajar: Behavioristik dan Gestalt



Teori Belajar Behavioristik
Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Belajar menurut psikologi behavioristik adalah suatu kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan. Belajar tidaknya seseorang bergantung pada lingkungannya. 

Tokoh-Tokoh yang Mendukung Teori Belajar Behavioristik

Ivan P. Pavlov
           Pavlov (1927) mengembangkan teori conditioning dengan melakukan percobaan terhadap anjing. Dalam percobaan ini anjing di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.
Skinner
            Skinner menganggap reward dan rierforcement merupakan faktor penting dalan belajar. Pada teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebih rajin. Teori ini juga disebut dengan operant conditioning. Teori ini terdiri dari enam konsep, yaitu:
  1. Penguatan positif dan negatif
  2. Shapping, proses pembentukan tingkah laku yang semakin mendekati tingkah laku yang diharapkan
  3. Pendekatan suksesif, proses pembentukan tingkah laku yang menggunakan penguatan pada saat yang tepat, sehingga respon sesuai dengan yang diisyaratkan
  4. Extinction, proses penghentian kegiatan sebagai akibat dari ditiadakannya penguatan
  5. Chaining of Response, respon dan stimulus yang berangkaian satu sama lain
  6. Jadwal penguatan, variasi pemberian penguatan: rasio tetap dan bervariasi, interval tetap dan bervariasi.
Thorndike
          Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Teori belajar ini disebut teori “connectionism”. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, adal eliminasai terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan. Thorndike menemukan hukum-hukum.
  1. Hukum kesiapan (Law of Readiness), kesiapan seseorang dalam melakukan sesuatu hal mempengaruhi hasil akhirnya.
  2. Hukum latihan, jika respons terhadap stimulus diulang-ulang maka akan memperkuat hubungan keduanya.
  3. Hukum akibat, hubungan stimulus respon diperkuat apabila akibatnya memuaskan, berlaku juga sebaliknya.
 Kesimpulan
  1. Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Sehingga teori belajar behavioristik bisa disebut juga dengan teori tingkah laku.
  2. Beberapa tokoh yang mendukung teori belajar behavioristik antara lain: Ivan P. Pavlov, Skinner, dan Thorndike.
Teori Gestalt
Gestalt adalah teori  belajar yang  lebih fokus menjelaskan proses belajar melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil.
  
Tokoh-Tokoh yang Mendukung Teori Belajar Gestalt

1.      Max Wertheimer (1880-1943)
Max Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt. Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880.Wertheimer dianggap sebagai pendiri teori Gestalt setelah ia melakukan suatu eksperimen dengan menggunakan sebuah alat yang bernama stroboskop, yaitu suatu kotak yang didalamnya terdapat dua buah garis yang satu tegak dan yang satu melintang. Jika kedua garis tersebut diperlihatkan secara bergantian terus menerus maka akan tampak seakan aska garis tersebut bergerak dari melintang menjadi tegak. Inilah yang disebut gerakan semu “Scheinbwegung”.
2.      Kurt Koffka (1886-1941)
Koffka lahir di Berlin tanggal 18 Maret 1886. Teori Koffka tentang belajar didasarkan pada anggapan bahwa belajar dapat diterangkan dengan prinsip-prinsip psikologi Gestalt. Teorinya yang terkenal adalah Memory Trace (jejak ingatan).
3.      Wolfgang Kohler (1887-1967)
Kohler lahir di Reval, Estonia pada tanggal 21 Januari 1887. Ia mengadakan penyelidikan terhadap inteligensi kera. Hasil kajiannya ditulis dalam buku betajukThe Mentality of Apes (1925). Eksperimennya adalah : seekor simpanse diletakkan di dalam sangkar. Pisang digantung di atas sangkar. Di dalam sangkar terdapat beberapa kotak berlainan jenis. Mula-mula hewan itu melompat-lompat untuk mendapatkan pisang itu tetapi tidak berhasil. Karena usaha-usaha itu tidak membawa hasil, simpanse itu berhenti sejenak, seolah-olah memikir cara untuk mendapatkan pisang itu. Tiba-tiba hewan itu dapat sesuatu ide dan kemudian menyusun kotak-kotak yang tersedia untuk dijadikan tangga dan memanjatnya untuk mencapai pisang itu.


http://buanatiwi.wordpress.com/2013/04/09/teori-belajar-behavioristik/

Testimoni Kuliah Online


Assalamu’alaikum Wr. Wb

Haii bloggers saya balik lagi ini ke duina blog hahaha. Setelah lama ngga nge-blog, yah memang kalau ngga ada kewajiban, saya sih “agak” males nge blog. Karena bukan hobi sih :D nah kewajiban saya kali ini adalah karena saya sedang mengambil mata kuliah Psikologi Belajar di kampus saya tercinta. Sebelumnya saya sih udah sempat “rajin” nge blog nya. Saat rajin itu juga ada alasan nya :D waktu itu ngambil mata kuliah Psikologi Pendidikan.

Nah pada postingan ini saya akan memaparkan testimoni saya saat mengikuti kuliah online. Jadi kuliah online kemarin terlaksan pada hari kamis 19 September 2013 pukul 16.00 WIB sampai kurang lebih pukul 18.00 WIB. Bicara tentang testimoni banyak sekali pendapat dan kesan saya mengenai kuliah online tersebut. Menurut saya kuliah online memilki keuntungan yaitu kuliah bisa terlaksana tanpa peserta harus bertemu dalam sebuah ruangan sebagaimana kuliah biasanya. Materi akan tetap tersampaikan, lebih efisien karena bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja, namun kuliah online juga memilki kelemahan, ketika peralatan atau jaringan yang kurang memadai. Hal ini berlaku pada saya saat kuliah online kemarin. Saat saya kuliah tersebut saya menggunakan fasilitas wifi kampus, sebagaimana yang kita ketahui jaringan wifi kampus “pasang surut” haha :D kadang jaringannya baik kadang jaringannya buruk. Nah waktu kuliah tersebut wifi dikampus sedang bermasalah, saya kesulitan terhubung dengan room chat perkuliahan. Hal ini membuat saya sedikit kesal, karena tidak kunjung berhasil masuk. Sementara kabar dari teman-teman mereka sudah berdiskusi di room chat tersebut. Namun hal ini tidak mengurungkan niat saya untuk ikut kuliah online, saat itu yang saya lakukan adalah dengan meminta pertolongan teman dengan meminjam modem pribadi miliknya. Nah akhirnya saya pun bisa masuk kedalam room chat tersebut. Ternyata saya masih ketinggalan sampai agenda absensi dan dosen baru saja akan memulai memberikan pertanyaan.

Dengan kondisi yang sudah “agak” kesal saya mengikuti kuliah online tersebut, setelah saya ikuti ternyata kuliah nya lumayan asik, karena dosen “memaksa” seluruh peserta memberikan argumen, hal ini menjadi stimulus untuk masing-masing anggota untuk berfikir. Karena kalau telat mikirnya maka habislah ide-ide di ambil peserta yang lain. Hahaha. Itu berlaku pada saya bloggers, saya agak lama mikirnya alhasil hampir saya kehabisan ide, ya meskipun akhirnya saya berhasil. Ya mungkin karena saya kreatif kali ya :D alhamdulillah argumen yang saya lontarkan di room chat tersebut mendapatkan reinforcement positive dari sang dosen :D materi pertama yaitu peserta diminta untuk mengaitkan teori psikologi belajar behavior dengan kuliah online. Seinget saya, saya ntah orang keberapa yang akhirnya bisa jawab. Kurang lebih jawaban saya ........................(copy paste chat) contoh: awalnya saya semangat untuk melakukan kuliah online ini, namun ketika saya mendapatkan situasi dimana jaringan yang lamban maka hal itu mengurangi semangat saya untuk mengikuti mata kuliah ini. namun saya berusaha mengubahnya menjadi penguat positif. dan saya mencari alternatif lain yaitu dengan memakai modem teman. Dan dapat OK dari dosen :D

Setelah satu pertanyaan berhasil dijawab maka dosen lanjut ke materi berikutnya yaitu teori psikologi belajar Gestalt, nah pada materi ini lagi-lagi sang dosen meminta kami untuk memberikan argumen. Masih sama yaitu meminta mengaitkan teori belajar gestalt dengan kuliah online yang sedang berlangsung ya begitu seterusnya. Sampai kuliah selesai. Seluruh peserta pada kuliah online menjadi aktif, tidak seperti dikelas yang kadang masih ada mahasiswa yang enggan berargumen. Akhirnya seluruh peserta mengeluarkan argumen masing-masing. Hal ini saya anggap berkaitan dengan teori belajar gestalt, saya melihat argumen-argumen secara keseluruhan setiap argumen berbeda, namun membicarakan satu hal yang sama. Kuliah online akan efektif bila sarana dan prasarana untuk melakukannya lengkap maka kuliah tersebut akan lancar.
Sekian testimoni saya pada postingan kali ini, semoga saya mendapatkan reinforcement positif di akhir kuliah ini. Aamiin.
Wassalam

Minggu, 15 September 2013

Tugas Kelompok - Teori Skinner

Teori Belajar – Skinner


Mengapa kelompok memilih teori Skinner ?
 Ada beberapa alasan yang membuat kelompok memilih teori ini, yaitu :
a.   Teori ini bersifat aplikatif dan sangat sering digunakan dan ditemui di kehidupan sehari-hari.
b.   Teori ini mudah dipahami.
c. Teori ini menjelaskan mengenai reinforcement serta punishment, dan pada kenyataannya kebanyakan orang menyukai reinforcement dan menghindari punisment.
d.   Di kehidupan sehari-hari, saat kita mengetahui adanya konsekuensi, maka kita akan termotivasi untuk menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
e.  Ketika kita dihargai, perilaku kita akan semakin diperkuat. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Skinner.
f.    Teori ini merupakan teori yang sangat sering dipelajari dari awal perkuliahan (semester 1 hingga semester akhir).
Nb : setelah mendiskusikan jawaban mengenai alasan, kelompok sepakat bahwa semua alasan yang diungkapkan merupakan hal yang disetujui oleh seluruh anggota kelompok.
Apa yang menjadi poin utama teori Skinner ? Kaitkan pula dengan alasan kelompok memilih teori ini !
 Ada 3 poin utama dari teori Skinner, yaitu :
a.       Adanya kesempatan dimana perilaku terjadi (timing)
b.      Perilaku (behavior)
c.       Konsekuensi dari perilaku (consequence)

Alasan kelompok memilih teori Skinner sejalan dengan poin utama dari teori tersebut. Kelompok berpendapat bahwa kecenderungan manusia berperilaku dikarenakan adanya konsekuensi atas perilakunya tersebut. Konsekuensi tersebut juga harus diberikan secara konsisten sehingga perilaku yang diinginkan akan menetap. Jika perilaku yang dilakukan dianggap baik, maka akan menghasilkan reinforcement positif sehingga perilaku tersebut dipertahankan. Begitu juga dengan perilaku yang dianggap tidak baik, maka akan menghasilkan punishment sehigga perilaku tersebut hilang.
Kaitkan hubungan antara teori Skinner dengan 3 keyakinan umum filsafat konstruktivis-sosial !

Di dalam teori Skinner, terdapat juga keyakinan umum filsafat konstruktivis-sosial. Dimana pengetahuan yag diartikan sebagai produk dari setting belajar, produk dari penelitian ataupun aktivitas tertentu terlihat dari perilaku yang dihasilkan. Dalam teori Skinner, perilaku merupakan produk dari proses belajar.
Belajar itu sendiri merupakan proses untuk mendapatkan pengetahuan. Pada teori Skinner, proses pengkondisian merupakan proses belajar pada individu. Pengkondisian tidak terjadi begitu saja. Pengkondisian tersebut dilakukan secara berulang-ulang sehingga menghasilkan perilaku yang menetap (habit) yang dapat diartikan sebagai produk dari proses belajar.
Lokus belajar tidak terbatas hanya pada pikiran individu, namun terjadi di komunitas partisipan dan didistribusikan diantara sesama partisipan. Begitu juga pada teori Skinner, dimana kita mendapatkan reward atau punishment melalui proses interaksi dengan orang lain. Dan ada distribusi dari individu luar (orang lain atau lingkungan) terhadap individu yang sedang melakukan proses belajar.